Dibenci Manusia, Nyamuk Justru Bisa Jadi Kunci Deteksi Tsunami Sabtu, 22/02/2025 | 08:36
Riau12.com- Nyamuk, salah satu makhluk yang paling dibenci manusia, ternyata bisa menjadi kunci terobosan dalam mendeteksi bencana alam seperti tsunami.
Temuan ini tentu sangat mengejutkan karena tidak ada yang menyangka kemampuan nyamuk dalam mendeteksi bencana alam.
Dikutip Eurekaalert, Sabtu (22/2/2025), tim peneliti dari Purdue University tengah merekonstruksi antena nyamuk untuk memahami sensitivitasnya terhadap getaran. Jika penelitian ini berhasil, teknologi yang terinspirasi dari nyamuk dapat meningkatkan sistem pemantauan dan deteksi bencana seperti gempa bumi dan tsunami.
Penelitian ini dilakukan oleh tim multidisiplin di bawah bimbingan Profesor Pablo Zavattieri dari Purdue College of Engineering dan Profesor Ximena Bernal dari College of Science. Hasilnya telah diterbitkan dalam jurnal Acta Biomaterialia.
“Kami masih dalam tahap awal, tetapi optimis bahwa penelitian ini akan memberikan wawasan yang sangat berharga,” ujar Zavattieri.
“Sejak awal, dunia teknik selalu mengambil inspirasi dari alam untuk mendorong inovasi ilmiah," sambungnya.
Meskipun tidak memiliki telinga seperti manusia, nyamuk mengandalkan antenanya untuk menangkap suara di sekelilingnya, termasuk membedakan bunyi yang penting dari kebisingan sayapnya sendiri. Kelebihan ini yang diyakini bisa dimaksimalkan untuk mendeteksi potensi bencana alam.
Tim peneliti, yang juga melibatkan mahasiswa doktoral teknik sipil dan konstruksi Phani Saketh Dasika, menemukan bahwa fitur arsitektural antena nyamuk memungkinkan mereka mendeteksi suara dengan selektivitas tinggi.
“Dengan menggunakan pencitraan mikro-CT canggih dan pemodelan CAD untuk analisis elemen hingga, kami menemukan bahwa struktur antena nyamuk membantu mereka menangkap suara spesifik, bahkan di tengah kebisingan lainnya,” kata Dasika.
“Hasil kami juga menunjukkan bahwa nyamuk mampu mendeteksi rentang frekuensi lebih luas dari yang sebelumnya diperkirakan," sambungnya lagi.
Tim peneliti meyakini penelitian ini memberikan wawasan penting dalam pengembangan sensor akustik yang lebih canggih. Jadi, perlu dipahami bagaimana cara antena nyamuk bekerja.
“Dengan membandingkan respons antena berbagai spesies nyamuk yang menggunakan suara untuk keperluan berbeda, seperti mencari pasangan atau mendengarkan suara katak, kami dapat mengidentifikasi fitur yang memodulasi sensitivitas pendengaran mereka,” ujar Bernal.
“Memahami cara kerja struktur ini adalah langkah awal untuk mengembangkan sensor akustik yang terinspirasi dari antena nyamuk," jelasnya lagi.
Penelitian manfaat nyamuk dalam deteksi bencana ini juga diyakini dapat membantu pengembangan material peredam suara yang lebih pintar. Zavattieri menyebutkan bahwa material ini dapat mengintegrasikan saluran mikrofluida atau metamaterial yang bisa disesuaikan untuk menciptakan panel kedap suara, headphone noise-canceling, atau bahkan perangkat penyamaran akustik.
“Bayangkan lingkungan perkotaan yang dilengkapi sensor bio-inspiratif seperti ‘telinga raksasa’ yang mampu menangkap suara tertentu di tengah hiruk-pikuk kota,” kata Zavattieri.
“Dalam situasi darurat seperti gempa bumi atau bencana lainnya, sensor ini bisa menjadi alat yang sangat berharga untuk mendeteksi sinyal tekanan secara cepat dan mengarahkan tim penyelamat ke lokasi yang membutuhkan bantuan," tutupnya terkait nyamuk bisa mendeteksi bencana alam seperti tsunami.(***)