Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat, Pengamat Peringatkan Dampaknya Terhada Investasi dan Tenaga Kerja Jumat, 16/05/2025 | 09:37
Riau12.com-PEKANBARU – Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja yang melambat pada kuartal pertama 2025, hanya mencapai 4,87 persen. Angka ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,02 persen, serta lebih lemah dibanding kuartal IV-2024 yang mencapai 5,11 persen.
Perlambatan ini memunculkan kekhawatiran dari kalangan akademisi. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Dr Gatot Wijayanto, SE, MSi, menilai tren ini menjadi sinyal serius bahwa aktivitas ekonomi nasional masih tertahan oleh sejumlah hambatan struktural dan eksternal.
"Ini adalah sinyal serius bahwa ekonomi nasional masih menghadapi berbagai tantangan," ujarnya, Rabu (14/5/2025).
Menurut Gatot, perlambatan ini bukan sekadar angka, tetapi mencerminkan menurunnya gairah dunia usaha dan konsumsi rumah tangga, termasuk di Riau yang hanya tumbuh 4,65 persen pada triwulan pertama tahun ini.
Investasi Terhambat dan Pengangguran Meningkat
Gatot menyebutkan, penurunan laju pertumbuhan ekonomi bisa mengurangi kepercayaan investor, memperlambat aliran modal, serta memperburuk kinerja pasar tenaga kerja. Aktivitas usaha yang melemah dan meningkatnya pemutusan hubungan kerja berpotensi memicu krisis sosial.
"Ketika investasi melambat, penciptaan lapangan kerja baru juga terhenti. Ini memperburuk daya beli masyarakat, dan pada akhirnya konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama PDB pun ikut tertekan," urainya.
Menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), tingkat pengangguran di Indonesia diperkirakan naik menjadi 5,0 persen pada 2025 dan akan stagnan di 5,1 persen hingga 2028.
Daya Beli Melemah, Kemiskinan Berisiko Naik
Perlambatan ekonomi disebutnya sebagai ancaman nyata terhadap daya beli dan kesejahteraan rakyat. Lonjakan pengangguran dan stagnasi pendapatan rumah tangga bisa membuat kelompok rentan semakin terpuruk.
"Ini lingkaran setan yang harus segera diputus. Jika tidak, angka kemiskinan bisa melonjak, terutama di kalangan masyarakat yang tidak terlindungi secara sosial," tegasnya.
Penerimaan Negara Tertekan
Lesunya konsumsi masyarakat juga berdampak langsung pada penerimaan negara. Penurunan penghasilan masyarakat memengaruhi penerimaan dari pajak penghasilan, PPN, serta cukai dan PNBP.
"Kalau konsumsi melemah, penerimaan negara ikut terdampak. Ini akan membatasi kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan dan program sosial," jelasnya.
Stagnasi Gaji Jadi Ancaman Baru Dalam situasi ekonomi yang melambat, pengusaha dinilai cenderung menahan atau menurunkan gaji karyawan sebagai upaya efisiensi. Hal ini justru memperkuat tekanan terhadap daya beli dan memperpanjang proses pemulihan.
"Ketika penghasilan tidak naik atau malah turun, kemampuan masyarakat untuk belanja ikut melemah. Ini membuat pemulihan ekonomi jadi lebih lambat," tutup Gatot. (***)