Iran Tegas Tolak Gencatan Senjata Jika Masih Jadi Target Serangan Senin, 16/06/2025 | 15:37
Riau12.com- Di tengah memuncaknya ketegangan dan saling serang antara Iran dan Israel, Teheran secara tegas menyatakan tidak akan berunding untuk gencatan senjata selama masih menjadi target serangan.
Penolakan tersebut disampaikan kepada mediator dari Qatar dan Oman, menurut seorang pejabat yang diberi informasi langsung tentang komunikasi diplomatik itu.
"Iran telah memberi tahu mediator Qatar dan Oman bahwa mereka hanya akan melakukan negosiasi serius setelah menyelesaikan tanggapan atas serangan pendahuluan Israel," ungkap pejabat tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/6/2025).
Pernyataan itu mencerminkan sikap keras Iran dalam menghadapi konfrontasi militer terbaru yang disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam sejarah permusuhan mereka dengan Israel.
“Iran tidak akan berunding saat mereka diserang," kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Pernyataan tersebut sekaligus membantah laporan sejumlah media internasional yang menyebut bahwa Iran telah meminta Qatar dan Oman untuk mendorong Amerika Serikat (AS) agar menengahi gencatan senjata dan perundingan nuklir baru.
Serangan Israel Picu Reaksi Keras Iran
Konflik terbaru ini dipicu oleh serangan mendadak Israel pada Jumat (13/6/2025) pagi, yang berhasil menewaskan sejumlah komando militer Iran serta merusak sejumlah situs nuklir strategis di negara tersebut.
Tel Aviv menegaskan, kampanye militer akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang. Hal ini menandai peningkatan signifikan dalam agresi langsung terhadap Iran.
Sebagai respons, Iran telah bersumpah akan "membuka gerbang neraka" dan melakukan serangan balasan yang terkoordinasi, termasuk serangan rudal ke wilayah Israel seperti Tel Aviv dan Haifa, yang menyebabkan kehancuran di wilayah sipil dan fasilitas vital.
Oman dan Qatar dalam Posisi Sulit
Oman dan Qatar, dua negara Teluk yang memiliki hubungan diplomatik baik dengan Iran, Israel, dan AS, kini berada di posisi diplomatik yang rumit.
Keduanya dikenal sebagai penengah yang efektif dalam konflik regional, terutama dalam perundingan nuklir Iran-AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, Oman telah menjadi tuan rumah negosiasi nuklir antara Washington dan Teheran. Namun, putaran terakhir pembicaraan tersebut dibatalkan sehari setelah serangan udara besar-besaran Israel ke Iran.
Qatar, di sisi lain, memiliki rekam jejak panjang dalam mediasi konflik, termasuk kesepakatan pertukaran tahanan antara Iran dan AS pada 2023.
Kini, kedua negara itu berusaha keras menjaga jalur komunikasi tetap terbuka meski dialog resmi terhambat oleh eskalasi kekerasan.
Namun hingga kini, Kementerian Luar Negeri Iran, Qatar, maupun Oman belum memberikan tanggapan mereka.
Potensi Diplomasi Masih Gelap
Penolakan Iran terhadap negosiasi di tengah agresi militer menunjukkan bahwa jalur diplomasi masih sangat bergantung pada keputusan Israel untuk menghentikan serangan.
Selama tekanan militer terus berlangsung, perundingan damai tampak tak akan terjadi dalam waktu dekat.
Sikap keras ini juga menjadi sinyal bagi komunitas internasional, termasuk negara-negara anggota G7, yang saat ini tengah menggelar pertemuan puncak dan menempatkan konflik Iran-Israel sebagai agenda utama. (***)