YLBHI: Kematian Affan Kurniawan Bukti Aparat Gagal Bedakan Warga Sipil dengan Massa Aksi Kamis, 11/09/2025 | 08:35
Riau12.com-Jakarta – Nama Affan Kurniawan kini menjadi simbol salah sasaran dalam penanganan aksi unjuk rasa di Jakarta. Pengemudi ojek online itu meregang nyawa setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob, meski ia bukan bagian dari massa aksi.
Investigasi Gugus Tugas Pencari Fakta Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) mengungkap, Affan meninggal saat berusaha menyelamatkan diri di tengah kericuhan bentrokan di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025).
“Affan baru saja menuntaskan pesanan di sebuah pusat kebugaran dekat lokasi bentrokan. Saat kericuhan pecah, ia ikut berlari menjauh. Ketika mencoba mengambil handphone yang jatuh, rantis Brimob melaju zigzag membubarkan massa. Tubuh Affan tertabrak dan terlindas ban depan,” ungkap Wakil Ketua YLBHI, Arif Maulana, dalam konferensi pers di kantor KontraS, Rabu (10/9/2025).
Fakta ini diperkuat oleh analisis video open source intelligence (Osint) serta keterangan sejumlah saksi mata. Menurut Arif, kematian Affan adalah bukti fatal kegagalan aparat membedakan warga sipil dengan massa aksi.
“Ia hanyalah warga yang sedang bekerja. Aparat seharusnya melindungi, bukan justru mengorbankan,” tegas Arif.
Hingga kini, dari tujuh anggota Brimob yang berada di dalam rantis, baru dua orang dijatuhi sanksi etik. Kompol Kosmas Kaju Gae diberhentikan tidak dengan hormat (PTDH), sedangkan Bripka Rohmat dijatuhi demosi tujuh tahun. Lima anggota lain masih menunggu proses hukum internal.
Tragedi ini memicu sorotan luas terhadap standar operasi aparat keamanan dalam mengawal aksi massa. Alih-alih menjaga ketertiban, tindakan brutal justru menambah korban jiwa dari masyarakat biasa.
“Kasus Affan adalah peringatan keras bahwa kekerasan negara harus segera dihentikan sebelum lebih banyak nyawa tak berdosa melayang,” tegas Arif.