Menkeu Dorong Ekonomi Tumbuh 6 Persen, Optimalisasi SAL Rp200 Triliun Jadi Penopang Likuiditas Perbankan Sabtu, 13/09/2025 | 13:45
Riau12.com-Jakarta – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6 persen. Syaratnya, kebijakan moneter dan fiskal berjalan selaras serta defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tetap dikelola secara hati-hati. Pemerintah menargetkan defisit APBN terjaga maksimal 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai salah satu kunci penguatan ekonomi terletak pada optimalisasi Saldo Anggaran Lebih (SAL) sekitar Rp200 triliun yang saat ini ditempatkan di Bank Indonesia (BI). Dana tersebut, kata Asmo, mampu menambah sekitar 2 persen dari posisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang kini mencapai Rp9.294 triliun.
“Dengan tambahan itu, pertumbuhan DPK berpotensi meningkat menuju 10 persen year on year (YoY) dan mendorong pertumbuhan kredit di atas 7,03 persen YoY,” ujarnya, Jumat (12/9/2025).
Menurut Asmo, likuiditas perbankan diperkirakan membaik dengan masuknya dana tersebut. Peningkatan dana akan menurunkan suku bunga pasar uang antarbank (IndONIA) dan spread pasar uang antarbank (PUAB), sekaligus meningkatkan volume transaksi. “Kecepatan perputaran uang (velocity of money) juga berpotensi kembali ke level prapandemi, yakni di atas 2,5 yang terakhir kali tercatat di 2019,” jelas alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Dari sisi penerimaan negara, akselerasi uang dasar dan peningkatan perputaran uang di sektor privat diperkirakan akan mengangkat penerimaan pajak. Namun, ia mengingatkan adanya tantangan eksternal. “Dibandingkan 2019 maupun 2022, lanskap ekonomi 2025 berbeda. Prospek penurunan ekspor dan terbatasnya capital inflow akibat kebijakan tarif menjadi tantangan utama dalam mendorong pertumbuhan uang dan likuiditas,” bebernya.
Meski demikian, Asmo menegaskan pentingnya menjaga defisit APBN tetap di bawah 3 persen PDB agar pengelolaan fiskal tetap prudent.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menyambut baik rencana pemerintah menarik dana excess reserve sebesar Rp200 triliun untuk ditempatkan pada perbankan nasional. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menyebut langkah itu akan memperkuat likuiditas perbankan sekaligus menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit ke sektor riil.
“Penempatan dana di perbankan akan menambah ruang likuiditas dan menjadi stimulus positif dalam mendukung pembiayaan di sektor produktif,” jelasnya.
Dengan sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan perbankan, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih kuat dan mampu bertahan dari tekanan eksternal.