Generasi Muda Jepang Tinggalkan Budaya Minum Sosial, 44% Gen Z Tak Pernah Sentuh Alkohol Selasa, 16/09/2025 | 08:53
Riau12.com-TOKYO – Budaya minum sosial yang dulu begitu melekat dalam kehidupan masyarakat Jepang kini kian ditinggalkan generasi mudanya. Survei terbaru menunjukkan hampir setengah anak muda Jepang lebih memilih hidup sehat dan menjauhi alkohol, sekaligus menolak tradisi minum bersama yang dikenal dengan istilah nominication.
Survei “Konsumsi Alkohol Gen Z” yang dirilis konsultan pemasaran Mery pada Agustus 2025 mencatat, 44% warga Jepang berusia 20–29 tahun tidak pernah minum alkohol. Sebanyak 16% hanya minum sekali sebulan, sementara lebih dari 59% nyaris tidak minum sama sekali.
Alasan yang mendasari beragam, mulai dari tidak tahan alkohol (24%), merasa lebih senang tanpa minum (22,6%), tidak suka rasanya (21,6%), hingga kekhawatiran terhadap dampak kesehatan (18%). Bahkan 10% menyebut harga minuman beralkohol terlalu mahal.
Di sisi lain, hanya satu dari enam responden yang mengaku rutin minum. Sebanyak 10,3% minum 4–6 kali seminggu, sedangkan 7,7% hampir setiap hari.
Budaya "Nominication" Kian Ditolak
Menariknya, 60% generasi muda Jepang kini memiliki pandangan negatif terhadap budaya minum bersama di tempat kerja, atau nominication (gabungan kata nomu = minum dan communication = komunikasi). Tradisi ini dulu dianggap penting untuk mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Namun, pandangan itu kini bergeser. “Saya pikir tidak baik bagi perusahaan ketika karyawan lelah atau mabuk beberapa kali dalam seminggu,” ujar Issei Izawa, agen real estat berusia 26 tahun asal Yokohama. Ia mengaku lebih memilih olahraga daripada menghabiskan malam dengan minum alkohol.
Dampak pada Industri Bir
Fenomena ini turut tercermin dalam tren penjualan bir. Produsen besar di Jepang melaporkan penurunan konsumsi bir hingga 9% pada Agustus 2025 dibanding periode sama tahun sebelumnya, menandai penurunan bulanan kelima berturut-turut. Padahal, bir sebelumnya identik dengan musim panas di Jepang.
Pergeseran Budaya Sosial
Menurut dosen sosiologi Universitas Yamanashi Gakuin, Sumie Kawakami, perubahan ini dipengaruhi pandemi Covid-19, tekanan biaya hidup, serta kesadaran generasi muda akan pentingnya keseimbangan hidup.
“Anak muda tidak lagi melihat minum-minum setelah kerja sebagai kewajiban. Mereka lebih memilih pulang cepat dan fokus pada kehidupan pribadi,” ujarnya.
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran besar dalam budaya sosial Jepang. Tradisi minum bersama yang dulu menjadi simbol kedekatan kini semakin ditinggalkan, digantikan tren hidup sehat, hemat, dan seimbang yang lebih sesuai dengan nilai generasi muda.