Baru Kelola 10 Persen, Indonesia Targetkan Jadi Penghasil Listrik Geothermal Nomor Satu di Dunia Kamis, 18/09/2025 | 10:04
Riau12.com-Jakarta – Indonesia tengah bersiap menjadi produsen listrik panas bumi terbesar di dunia. Dengan potensi sumber daya panas bumi mencapai 23.742 Megawatt (MW), peluang pengembangan energi bersih ini masih terbuka lebar.
Saat ini, secara global Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen listrik panas bumi, dengan kapasitas terpasang sebesar 2.744 MW. Posisi tersebut hanya terpaut dari Amerika Serikat yang memiliki kapasitas 3.937 MW.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, baru sekitar 10 persen dari total potensi panas bumi Indonesia yang dimanfaatkan. Artinya, masih ada sekitar 90 persen cadangan yang bisa dikembangkan.
“Kita tahu bahwa geothermal adalah salah satu sumber energi baru terbarukan, dan Indonesia mempunyai cadangan yang cukup besar, terbesar di dunia. Dari sini, baru kurang lebih 10 persen yang dikelola. Artinya masih ada 90 persen potensi,” ujar Bahlil saat membuka Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Untuk mempercepat pemanfaatan energi panas bumi, Bahlil menegaskan pentingnya percepatan lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar dilakukan reformasi regulasi sehingga memberi kepastian bagi pelaku usaha.
Kementerian ESDM, lanjutnya, juga telah menyederhanakan perizinan yang dinilai berbelit-belit dan sering menjadi penghambat investasi. Sejak 2024, lelang WKP dilakukan melalui platform digital Genesis, yang diluncurkan untuk mempermudah pengelolaan panas bumi.
“Salah satu yang tidak disukai investor adalah aturan yang berbelit-belit. Semakin berbelit aturan, semakin tidak disukai. Maka kami memangkas berbagai tahapan regulasi yang menghambat percepatan dalam bidang geothermal,” tegasnya, dikutip Kamis (18/9/2025).
Selain itu, Pemerintah melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 juga menargetkan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 48 ribu kilometer sirkuit (kms). Langkah ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan jaringan listrik yang selama ini belum memadai dalam menghubungkan sumber energi dengan sistem kelistrikan nasional.
“Maka tahun ini, Pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk komitmen mendorong pembangunan energi baru terbarukan, menyusun RUPTL sebesar 48 ribu km sirkuit. Ini konsekuensi dan tuntutan untuk mempercepat transisi energi,” ungkap Bahlil.
Dengan langkah ini, Indonesia optimistis bisa melampaui Amerika Serikat dan menempati posisi teratas sebagai produsen listrik panas bumi terbesar di dunia.