Berkah dari Keshalehan Ayah: Allah Jaga Anak-Anak Hingga Dewasa, Sebagaimana Kisah dalam Al-Kahfi Jumat, 19/09/2025 | 15:44
Riau12.com-Setiap orang tua yang beriman tentu mendambakan memiliki anak-anak yang shaleh dan shalehah. Anak yang shaleh bukan hanya menjadi penyejuk hati, tetapi juga menghadirkan banyak keutamaan bagi kedua orang tuanya, baik di dunia maupun di akhirat.
Namun, para ulama menegaskan bahwa keshalehan seorang ayah sangat berpengaruh terhadap keshalehan anak-anaknya. Ayah yang menjaga dirinya dalam ketaatan akan memantulkan cahaya kebaikan kepada generasi penerusnya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT pada Surat Al-Kahfi ayat 82 yang menceritakan tentang dua anak yatim yang mendapat penjagaan Allah karena keshalehan ayah mereka:
"Adapun dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang shaleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu..."
Menurut Syekh Nada Abu Ahmad dalam kitab Berkah Anak Shaleh, ayat ini menunjukkan bahwa pada umumnya keshalehan ayah akan berdampak pada anak-anaknya. “Saya katakan ‘pada umumnya’, karena sudah maklum bahwa tanah yang baik hanya menumbuhkan tanaman yang baik pula,” tulisnya.
Allah juga menegaskan dalam Surat Ali Imran ayat 34: “(Mereka adalah) satu keturunan, sebagiannya berasal dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Meski begitu, ada pula pengecualian, sebagaimana kisah Nabi Nuh AS dengan putranya yang ingkar hingga meninggal dalam keadaan kafir. Hal ini menjadi pelajaran bahwa keshalehan anak bukan hanya semata-mata karena keshalehan orang tua, melainkan juga bergantung pada rahmat Allah SWT.
Karena itu, Syekh Nada mengingatkan pentingnya upaya serius untuk meraih anak shaleh. Seorang ayah hendaknya menjaga keshalehannya, memilih pasangan yang baik, mencari rezeki halal, berdoa, serta senantiasa menyebut nama Allah ketika berhubungan dengan istrinya.
Banyak teladan ulama terdahulu tentang hal ini. Said bin Musayyab pernah berkata kepada anaknya: “Sungguh aku akan menambah sholatku demi kamu, dengan harapan semoga Allah menjagamu.”
Sahl at-Tastari bahkan telah memikirkan anak-anaknya sejak mereka masih berada dalam tulang sulbi. Ia melakukan amal shaleh dengan keyakinan Allah akan memuliakannya dengan keturunan yang shaleh. Ia berkata, “Sungguh aku mengikat perjanjian yang dibuat Allah (dengan manusia) selagi berada di alam partikel. Sungguh aku akan memelihara anak-anakku sejak sekarang, hingga Allah mengeluarkannya ke alam nyata.”
Dari sini dapat dipahami, keshalehan ayah adalah investasi berharga bagi keluarganya. Ia bukan hanya menjaga dirinya sendiri, tetapi juga menjadi benteng doa dan amal yang kelak akan melindungi anak-anaknya.