Sekretaris Daerah Kabupaten Kampar, Hambali, menjelaskan bahwa Candi Muara Takus, yang terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, merupakan situs cagar budaya nasional yang diyakini berasal dari masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Selain memiliki nilai sejarah tinggi, candi ini juga menjadi magnet wisata dengan potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

“Namun, pengelolaan kawasan candi menghadapi tantangan serius, terutama terkait status kepemilikan lahan. Sebagian lahan masih berada di bawah penguasaan Waduk PLTA Koto Panjang, sementara sebagian lainnya dikuasai masyarakat. Oleh karena itu, identifikasi lahan dan inventarisasi aset menjadi langkah awal yang krusial sebelum penataan kawasan secara menyeluruh,” ujar Hambali.

Sekda menegaskan bahwa penataan kawasan Candi Muara Takus harus dilakukan secara terstruktur dan sesuai regulasi yang berlaku. Identifikasi lahan bertujuan memastikan legalitas dan status kepemilikan tanah di sekitar candi, sementara inventarisasi aset akan mencakup bangunan, fasilitas pendukung, serta potensi ekonomi yang dapat dikembangkan.

“Penataan kawasan harus memperhatikan pelestarian budaya, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal,” tambah Hambali.

Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara Pemerintah Daerah, pemerintah pusat, dan pihak PLN sebagai pemilik sebagian aset tanah di kawasan tersebut. Hambali berharap program ini dapat menata kembali usaha-usaha UMKM agar bisa berjualan seperti biasa, terutama di tengah kondisi sepinya pengunjung saat ini.

Candi Muara Takus, menurut Hambali, adalah warisan leluhur yang harus dijaga bersama. Penataan kawasan ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal identitas budaya dan masa depan pariwisata Kabupaten Kampar.