Trump Gandeng Tony Blair Pimpin Pemerintahan Sementara Gaza, Netanyahu: Hamas Harus Ditundukkan Selasa, 30/09/2025 | 14:22
Riau12.com-Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan 20 poin rencana bersama untuk mengakhiri perang di Gaza. Rencana tersebut dipaparkan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Senin (29/9/2025).
Trump menjelaskan, rencana damai itu akan membentuk dewan pemerintahan sementara yang dipimpin olehnya bersama mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair. Ia menegaskan, skema tersebut tidak mewajibkan warga Gaza meninggalkan wilayah mereka, namun menuntut penghentian perang segera setelah kedua pihak menyepakatinya.
Salah satu poin penting adalah pembebasan seluruh sandera dalam waktu 72 jam setelah Israel menyetujui kesepakatan. Jika Hamas menolak, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat akan memberikan “dukungan penuh” kepada Israel untuk melanjutkan operasi militer guna mengalahkan kelompok tersebut.
“Saya rasa kita sudah sangat dekat,” kata Trump dalam pernyataannya.
“Kita belum selesai. Kita harus mengalahkan Hamas,” tegasnya.
Netanyahu mengamini pernyataan Trump. Ia menegaskan bahwa Israel siap melanjutkan jalur kekerasan jika Hamas menolak usulan damai ini.
“Ini bisa dilakukan dengan cara mudah atau sulit, tetapi itu akan tetap dilakukan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Trump juga menyerukan rakyat Palestina agar bertanggung jawab atas masa depan mereka dengan menerima tawaran damai. Menurutnya, ini merupakan kesempatan terbaik untuk mengakhiri penderitaan panjang di Gaza.
Pertemuan di Gedung Putih berlangsung di tengah tekanan internasional terhadap Israel. Dukungan global terhadap Tel Aviv semakin melemah, bahkan dari sekutu dekatnya. Sementara itu, posisi politik Netanyahu di dalam negeri semakin goyah, dan Washington disebut mulai menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran terhadap langkah Israel dalam konflik Gaza.
Rencana 20 poin Trump–Netanyahu ini diyakini akan menjadi ujian diplomasi paling krusial bagi kedua pemimpin, sekaligus peluang terakhir bagi proses perdamaian di Gaza yang telah berlarut-larut.