Rekening Diblokir, PT PIR Shutdown: Ratusan Karyawan Terpaksa Dirumahkan Jumat, 10/10/2025 | 16:00
Riau12.com-PEKANBARU – Dampak dari pemblokiran rekening oleh Kantor Pajak, seluruh karyawan PT Pengembangan Investasi Riau (PIR) terpaksa dirumahkan. Perusahaan pelat merah milik Pemerintah Provinsi Riau itu kini lumpuh total alias shutdown akibat terlilit utang yang mencapai ratusan miliar rupiah.
Direktur PT PIR, Muhammad Suhandi, mengungkapkan, pemblokiran rekening membuat seluruh unit usaha perusahaan tak bisa beroperasi.
“Iya, seluruh karyawan kita rumahkan. Karena saat ini tidak ada bidang usaha yang bisa dijalankan karena rekening perusahaan kena blokir,” ujar Suhandi, Jumat (10/10/2025).
Suhandi menjelaskan, hingga kini belum ada titik terang terkait pengurusan pembukaan blokir rekening sesuai permintaan pemegang saham.
“Belum ada perkembangan, masih seperti kemarin (diblokir),” katanya.
Selain berupaya membuka blokir, PT PIR juga tengah menghadapi pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Riau. Pemeriksaan ini berkaitan dengan sejumlah persoalan keuangan yang melilit perusahaan.
“Sekarang yang sedang berjalan pemeriksaan BPK. Setelah selesai pemeriksaan, baru kita atur lagi langkah selanjutnya,” jelas Suhandi.
Utang Capai Ratusan Miliar
PT PIR diketahui memiliki beberapa kewajiban besar yang belum terselesaikan. Di antaranya, utang kompensasi Domestic Market Obligation (DMO) sekitar Rp2 miliar, tunggakan royalti batu bara sekitar Rp90 miliar, dan utang pajak lebih dari Rp9 miliar, dengan Rp4,5 miliar di antaranya sudah berstatus inkrah.
“Kita bisa istilahkan dengan shutdown. Karena sudah diblokir semua rekening perusahaan oleh kantor pajak, sehingga kita tidak bisa bertransaksi dan membiayai operasional,” ungkapnya.
Harap Ada Kesempatan untuk Bangkit
Meski dalam kondisi sulit, Suhandi menegaskan pihaknya tidak tinggal diam. Ia telah menjalin komunikasi dengan Kanwil Pajak dan Kementerian ESDM, berharap agar perusahaan diberi kesempatan mencicil utang dan memulai kembali aktivitas bisnisnya.
“Kami berkomitmen menyelesaikan tunggakan, tapi mohon diberi kesempatan untuk memulai bisnis ini. Kalau semua aktivitas dihentikan, bagaimana kami bisa membayar utang?” ujarnya.
Suhandi juga menyebut pihaknya sudah memetakan sejumlah potensi kerja sama baru dengan beberapa perusahaan tambang dan trader batu bara.
“Kami sudah berkontrak dengan dua trader dan dua penambang. Kalau diberi ruang, kami yakin bisa bangkit dan melunasi kewajiban,” tandasnya.